Thursday 3 October 2019

[Mini Novel] K.A.D.L.R. (BAB 19)

Ika memusingkan pen ditangannya sebelum dia menulis di dalam buku notanya. Perlakuannya itu diulang beberapa kali.
"Sorry, lambat!" Tiba-tiba saja kerusi di depannya ditarik.
Ika panggung kepala sekilas sebelum kembali menunduk memandang buku notanya, "Tak apa. Aku pun baru sampai.”
"Jihan mana?" Tanya Kasyaf sebelum dia mengeluarkan sebuah buku nota dan sebatang pen.
"Jihan ada hal dekat koperasi, lambat sikit dia datang. Kau jumpa pegawai HEPA dah?" Tanya Ika sambil memandang Kasyaf.
Kasyaf angguk sebelum dia mengeluh, "Dah tapi dia kata mungkin kita punya program ni kena cut cost sikit."
"Hari tu punya program Sehati Sejiwa pun dia orang dah cut cost, takkanlah program kali ni kena potong bajet lagi?"
"Program kita tak gah macam Program Sukan antara Fakulti."
Ika ketuk dagu sebelum dia bersuara, "Ke nak cari sponsor je?"
"Kalau senang nak cari sponsor, aku okey je tapi program hari tu pun nak cari sponsor pun payah."
"Kau tak bincang dengan Encik Sahak, hari tu kau kata kau nak bincang dengan dia, kan?" Pegawai HEPA yang bernama Encik Sahak itu banyak membantu mereka bila berkaitan dengan program amal yang selalu mereka usahakan.
"Tak bincang lagi. Tak sempat hari tu. Isnin ni kot, insyaAllah. Kau nak ikut aku ke jumpa Encik Sahak tu?”
"Wei, bincang apa ni? Dari jauh macam nampak awan kelabu je atas kepala korang," tiba-tiba kerusi kosong di sebelah Kasyaf ditarik. Danny ukir sengih tak bersalah sebelum dia angkat dua jari pada Ika, "Yo!"
Ika senyum sesaat sebelum dia tunduk memandang buku notanya.
"Jangan sibuklah! Kau pergi balik rumah..."
"Aku tengah tunggu Lutfi dengan Aman, cari buku apa entah lama bukan main. Kasilah aku duduk dengan korang. Tak baik ooo duduk berdua macam gini. Tak pernah dengar ke, kalau duduk berdua pasti ada yang ketiga iaituuu... apa Cik Ika?"
"Syaitan," balas Ika, perlahan.
"Ha, kaulah setan tu! Sibuk kat sini apahal?" Balas Kasyaf tanpa perasaan.
Danny tarik muka sebelum telefon pintarnya dikeluarkan dari poket seluar. Setan yeeeee... tunggu kau...

Danny
- Jihan...-

Jihan
- Ya?-

Danny
- Kau tak join meeting KacapIka ke?-

Jihan
- Kejap lagi kot. Aku ada kat koperasi ni-

Danny
- Ooo...-
- Wei, ada benda lawak aku nak kasi dekat kau ni-

Jihan
- Benda apa?-
- Kalau gambar Bijan, aku tak nak-

Danny
- Ceit, bukanlah...-
- Apa daaa Bijan 
😂😂-
- Kejap aaa-

Jihan
👌👌👌-

Danny
- (video sent)-
- Sebarkan dekat Ika tau?-

Jihan
- (video received)-
- Video apa ni?-
- Kenapa nak sebarkan dekat Ika?-

Danny
- You'll know-
- Ciao, sayang-

Jihan
- Geli 
😖😖😖-

Danny
- Cis!-
- Bye-

Jihan
- Daaaa-

Danny sengih sendiri sebelum telefon itu diletakkan di atas meja. Tak sampai lima minit, telefonnya berbunyi tanda pesanan Whatsapp masuk.

Jihan
- APA BENDA KAU SEND KAT AKU NI GILA?-
- KAHKAHKAHKAHKAHKAH-
- AKU TAK BOLEH BERHENTI GELAK GILA-
😂😂😂😂😂😂😂😂-

Danny tekup mulut menahan tawa yang mahu meletus.
Kasyaf memandang Danny, "Kau kenapa?"
Danny menggeleng laju, "Tak ada apa-apa. Aku blah dululah! Jumpa kat rumah."
Kasyaf angguk saja. Danny pula dah berdiri. Baru dia nak membetulkan letak beg di bahunya, telefon Ika berdering membuatkan bibirnya spontan mengukir senyum jahat.
Ika yang sedang berbincang dengan Kasyaf mengangkat tangan, meminta Kasyaf menunggu sebentar. Bunyi notifikasi Whatsapp yang bertalu-talu masuk buat dia terasa ada perkara penting yang dihantar kepadanya.
Dahi Ika berkerut sikit melihat nama yang ada pada skrin. Jihan? Tak menunggu lama, nama Jihan ditekan sebelum mesej dari Jihan dibaca.

Jihan
- (video sent)-
- Tengok video ni-
- Wajib-
- Hiburan untuk kau-
- Kalau kau tak gelak, sah kau android-
- TENGOKKKKK TAU-

Ika
- Apa benda ni?-
- Aku ingat ada benda urgent-

Jihan
- Ni urgent la ni-
- Tengokkkkkkkkk-
Ika menggeleng sebelum video yang dihantar oleh Jihan tadi dimainkan. Lagu Cek Me Molek dendangan M. Daud Kilau bergema kuat di kawasan kafe itu. Mata Ika yang sedikit sepet menjadi besar. Tanpa dapat ditahan, tawanya meletus kuat.
Kasyaf pula dah berkerut dahi. Macam pernah dengar je suara yang menyanyi tu. Video apa yang minah ni tengok?
Ika mengesat matanya yang terasa basah. Allahuakbar, lawaknyalah. Dia kemudian memandang Kasyaf, "Aku tak sangka kau pandai menyanyi macam M. Daud Kilau, siap bergelek sakan lagi."
Wajah Kasyaf berubah. Dia kalih ke kiri. Dari jauh dia nampak Danny melambaikan tangannya sebelum Danny menjelirkan lidah padanya. Dia mengetap bibir, geram! "Muhammad Dhani!!!"

“Kau, tak baikkkkk...” Aman kesat mata yang terasa basah. Penat dia ketawa sampai keluar air mata. Bongoklah, Danny!
“Dah siapa suruh Kacap menyetankan aku? Ha, itu makan diaaaa...” Danny bersuara, tak bersalah.
Lutfi di tempat duduk belakang sama berdekah. Bengong sungguh! Dasar mat cetan!
Aman yang masih nak ketawa rasa telefon pintarnya bergetar di dalam poket seluar. Laju telefon itu ditarik keluar. Dia ukir senyum, spontan melihat nama yang ada di skrin, “Hello! Ya, Hafizah?”
Danny yang sedang memandu mengerling Aman sekilas sebelum matanya bertemu dengan sepasang mata milik Lutfi di cermin pandang belakang.
“Awak tak baca Whatsapp ke, Hafizah?” Aman bersuara sebelum dia ketawa, “Bukanlah urgent sangat pun. So, nak tak pergi kedai tu?”
Danny buat isyarat mata pada Lutfi. Lutfi pula mengganggukkan kepalanya.
Aman diam sekejap sebelum dia mengangguk, “Okey. See you tomorrow, then! Assalamualaikum.”
Danny yang masih memandu ukir senyum bersahaja, “Rapat betul kau dengan Pijah tu sekarang, kan?”
Aman senyum, “Biasa jelah, wei.”
Lutfi nak menyampuk bila tiba-tiba Aman ketawa, “Mampuslah kau, Danny!”
Danny jungkit kening namun tetap dia tenang memandu, “Apahal?”
Lutfi di tempat duduk belakang, tanpa kata dah ketawa berdekah-dekah bila Whatsapp grup Kacap dan Empat Budak Kacak dibuka.
Aman tak menjawab sebaliknya tangan dia lincah menaip di telefonnya, “You’re dead meat, dude!”
Kasyaf
- MUHAMMAD DHANIIIIIIIII!-
Aman
- Amboi, caps lock. Awat ni cheq?-
- Danny tengah drive, btw-
Kasyaf
- DANNY MEMANG NAK KENA BUNUH DENGAN AKULAH!-
Radzi
- Mak oi... sampai nak membunuh-
- Kacap, istighfar...-
Kasyaf
- Antara korang ni, siapa tahu dia rakam video aku semalam?-
Aman
- Eh, rakam video?-
- Video apa, Kacap?-
Kasyaf
- Betul kau tak tau?-
😒😒😒😒-
Lutfi
- Aman...-
- Jangan pura-pura-
- Kau rakan subahat Danny kot-
😇😇😇😇😇-
- Aku tak terlibat Kacap-
Aman
- Pigi daaa Lutfi..-
- Kau pun menggalakkan kita orang semalam-
- Kau kira dah jadi rakan subahat kami ooo-
Kasyaf
😧😧😧😧😧-
Lutfi
- Ala, Kacap...-
Radzi
- Apa dah jadi Kacap?-
Kasyaf
- Kau tanyalah Danny-
- Suka hati koranglah-
- Seronok sangat ke buat aku jadi bahan jenaka korang?-
Aman
- Wei, Kacap...-
- Takkan kau sentap kot-
😓😓😓😓-
Lutfi
- Kacap...-
- Kacap...-
Radzi
- Apa Danny dah buat?-
Aman yang membaca mesej terakhir dari Kasyaf berpaling memandang Lutfi di belakang, “Wei, dia marah kita betul ke? Lain macam je ni.”
Lutfi pandang Aman, “Aku rasa Kacap sentap betul ooo...”
Danny kerut dahi, “Sentap kenapa ni? Wei, cuba cerita kat aku betul-betul!”
“Tapi aku rasa dia paling marah dengan Danny ooo...” Tak menghiraukan Danny, Aman bersuara.
Tak tunggu lama, Danny bagi isyarat ke kiri dan terus keretanya berhenti di bahu jalan. Telefon pintarnya ditarik keluar dari poket seluar. Aplikasi Whatsapp dibuka dan grup Kacap dan Empat Budak Kacak dibuka. Dahinya berkerut, “Wei, Kacap marah betul ke ni?”
Aman jungkit bahu. Lutfi di tempat duduk belakang dah tepuk-tepuk bahu Danny. Danny segera menaip. Tiba-tiba dia rasa menyesal kongsi video Kasyaf bergelek sakan pada Jihan.
Danny
- Wei, takkan pasal tu nak sentap kot-
- Wei...-
- Aku main-main je kot-
- Kacap-
Radzi
- Kata tengah drive?-
Aman
- Aku kata Kacap marah-
- Dia terus bagi signal ke kiri-
Danny
- Kacap...-
- Janganlah marah, wei!-
Lutfi
- Kacap?-
- Janganlah senyap je wei-
Danny
- Wei, Kacap...-
- Sorry-
- Aku nak bergurau je wei-
- Aku belanja kau pen lukisan yang kita tengok kat kedai buku hari tu ye?-
- Kacap?-
Aman
- Kacap, hari tu kau kata kau nak beli kasut sukan kan?-
- Petang ni kita pergi beli, nak tak?-
- Aku belanja-
- Okey, Kacap?-
Lutfi
- Malam ni kita makan luar ye?-
- Aku belanja kau malam ni, Kacap-
- Kau orderlah apa pun-
- Aku belanja semua-
- Kacap?-
Radzi
😂😂😂😂😂😂😂-
- Tak tahu, Kacap marah...-
- Ayoookkkk-
Danny
- Kau tak membantu Radzi-
Radzi
- Ah, malas aku nak bantu! Aku tak terlibat aaa-
- Korang yang sibuk nak merakam semalam-
- Good luck-
😉😉😉-
Danny
- Kacapppp-
😭😭😭😭-
Aman
- Kacapppp-
😭😭😭😭-
Lutfi
- Kacapppp-
😭😭😭😭-
Kasyaf
- Korang kenapa, setan?-
- Aku pergi toilet kot-
Danny
- Kau tak marahlah ni?-
Kasyaf
- Tak pun-
Aman
- Alhamdulillah-
Lutfi
- Fuh, selamat-
Danny
- Hehehehe... sayang Kacap 
-
Kacap
😏😏😏😏-
- Anyway, thank you sudi nak belanja aku macam-macam-
- By the way, Danny-
- Pen tu aku nak tiga batang-
- Kaki aku saiz 11 tau, Aman-
- Warna biru, okey?-
- Kau belikan je untuk aku-
- Barulah terasa macam hadiah-
- Dan malam ni-
- Aku terasa nak makan steak dekat kafe Radzi kerja-
- Makan kat situlah malam ni, Lutfi-
😘😘😘😘-
Aman
- Kata tak marah?-
Kasyaf
- Memang tak marah tapi dah korang offer macam-macam, rugilah aku tak terima-
Danny
- Siot-
Lutfi
- Maigad 
😑😑-
Aman
😒😒😒😒-
Kasyaf
- Aku harap aku sampai rumah nanti, semua hadiah dah ada-
- Yang steak tu tak apa-
- Aku tunggu malam ni, Lutfi-
- Okeylah, aku nak sambung meeting-
😘😘😘-
Lutfi
- Jebon Kacap-
Danny
- Pen lukisan tu mahal kotttt-
😭😭😭😭-
Aman
- Menyesal pulak aku offer nak belanja-
- Siot 
😂😂😂😂-

“Huwarghhhh! Macam mana kita boleh kena game dengan Kacap ni?” Danny dah ketuk-ketuk dahinya sendiri pada stereng kereta.
Aman pula mula mengira dengan jari jemarinya sebelum dia mengeluh. Hujung bulan makan Maggilah jawabnya!
Lutfi di belakang dah kerut-kerut dahi memikir. Kasyaf ni macam tahu-tahu je aku baru dapat royalti buku. Ceit!

“Guys...”
Serentak, tiga pasang mata berpaling memandang Radzi, “Kenapa?”
Radzi sengih sebelum dia juihkan mulutnya pada Aman yang sedang tersenyum-senyum menaip di telefonnya, “Perasan tak dua tiga menjak ni Aman asyik sengih-sengih macam kambing bila tengok telefon?”
Kasyaf pandang Aman sekilas sebelum dia angguk. Sejak di GULP! Cafe tadi lagi, dia perasan Aman asyik dengan telefon pintarnya, “Dia mesej siapa?”
“Adik PG,” balas Danny sebelum dia menyandarkan belakang badannya pada dinding, “Tadi siang Pijah tu siap telefon dia.”
“Dia dah tak dengan Sakinah ke?” Lutfi pula bertanya.
Radzi jungkit bahu, tanda tak tahu! Dia berdehem sikit, “Aman!”
Aman pandang Radzi sekilas sebelum matanya kembali pada skrin telefon, “Hmm...?”
“Kau mesej dengan siapa woi? Jomlah gosip-gosip, apa barang main telefon aje...” Danny ukir sengih sebelum dia meneguk Iced Americano yang dia bungkus dari kafe Radzi berkerja.
“Kejap...” Aman tersenyum sikit sambil menaip sebelum dia meletakkan telefon itu di bawa pehanya, “Gosip pasal apa ni? Kau dengan Jihan dah ready nak bercinta ke apa?”
Tersedak Danny dengan soalan Aman.
Lutfi ketawa besar. Radzi pula dah tepuk-tepuk belakang Danny.
“Kau sekarang macam tak boleh berenggang langsung dengan telefon tu, Aman! Kau mesej dengan siapa?” Tanya Kasyaf selamba sebelum dia kembali melakar sesuatu pada buku lukisannya.
Aman sengih, “Aku mesej dengan Pijah. Adik PG.”
"Kau suka ke dengan adik PG tu?"
"Siapa? Pijah?" Aman jungkit kening dengan soalan Radzi, "Suka."
"Serius?" Radzi membuntangkan matanya.
Sukalah. Macam aku suka korang."
Danny garu kepala, "Maksud kau? Kau bukan suka dia macam PG suka Elin?"
"Kenapa korang ni? Aku selesa berkawan dengan dia. Dia punya kepala pun gila-gila jugak."
"Kalau dia nak lebih dari kawan?" Lutfi bertanya pula.
Aman ketawa lalu menggeleng, "Kau mengarut apa? Sakinah aku nak letak mana?"
"Kau dengan Sakinah lagi ke?" Danny bertanya, terkejut!
Aman angguk, "Mestilah."
Lutfi pandang Radzi.
Radzi pandang Kasyaf.
Kasyaf pandang Danny.
Danny hela nafas, "Kalau macam tu, jauhkan diri kau dari Pijah."
"Kenapa pulak dah?"
"Aman, perempuan dengan lelaki tak boleh berkawan!" Ujar Lutfi, serius.
Aman ketawa, "Apa korang ni. Kami kawan baik aje kot! Bukannya aku suka dia macam PG suka Elin. Dia pun tak mungkinlah nak suka aku."
"Kenapa pulak tak mungkin? Kau tau ke perasaan dia macam mana? Kau ada tanya dia ke perasaan dia kat kau macam mana?" Radzi juga sudah menjadi serius.
"Maksud kau apa ni?"
"Dia orang takut kau terbabas ataupun Pijah terbabas jiwa raga," Kasyaf yang sedari tadi diam, menyampuk.
"Terbabas apa ni?"
"Apahal kau lampi sangat, mangkuk?! Aku nampak cara Pijah pandang kau, Aman. Aku nampak cara dia. SHE LIKES YOU! A LOT!" Danny bersuara, geram! "Kami tak nak kau lukakan dia tanpa kau sedar! Kau mungkin tak sedar, tapi kami sedar!"
"Pi... Pijah suka aku? Takkanlah?" Aman bersuara, ragu-ragu
“Kau? Kau suka Pijah tak, Aman?”
Soalan Radzi buat Aman terdiam. 


Konflik Aman-Pijah dah nak muncul. Eh, hai semua :)

4 comments:

  1. Awal² part sis dh smpai skit perut than gelak������ tpi dh ending ni, mcm geram plak dgn si Aman ni������

    Btw rindunya dgn 5syaiton junior ni ������(senior depa harus lah owner² Gulp! Cafe����)

    ReplyDelete
  2. tahniah sis...rndu dengan novel2 sis..semoga terus maju dan diberikan kesihatan yang berpanjangan..AAMIIN

    ReplyDelete
  3. wahhhhhh rindu kacap and the gengggg. thanks sis ;) btw selamat maju jaya

    ReplyDelete
  4. Keren bgt ceritanya.
    Salam kenal ya. Saya masih pemula
    Blog aku : hampabara.wordpress.com

    ReplyDelete